Rabu, 01 Februari 2012

Outlook Ekonomi indonesia 2011

Akhir tahun 2010, arah ekonomi dunia mendua. Pada satu sisi muncul optimisme pemulihan ekonomi yang mulai terjadi seperti terlihat dari  pertumbuhan ekonomi diberbagai negara maju yang sebelumnya negatif, kini terus menunjukkan pertumbuhan yang positif sehingga perdagangan dunia diharapkan akan pulih kembali dan demikian juga kondisi keuangan negara-negara maju yang sebelumnya terkena dampak krisis fianansial akan mulai sehat.

Namun pada sisi lain timbul kekhawatiran pada penghujung tahun 2010, yaitu terjadinya kembali krisis ekonomi dunia karena permintaan yang meningkat akibat membaiknya ekonomi dunia yang pada gilirannya akan menyebabkan naiknya kembali harga berbagai komoditas primer yang bisa menimbulkan kegoncangan kembali terhadap perekonomian dunia. Kekhawatiran yang besar terutama terjadi karena adanya ancaman kekurangan produksi pangan dunia akibat gangguan cuaca ekstrim yang menimpa hampir semua kawasan di dunia sehingga mengacaukan produksi berbagai hasil pertanian yang dapat menyebabkan melonjaknya harga.

Kondisi kenaikan harga pangan dan kelangkaan pasokannya menyebabkan berbagai krisis sosial terjadi didunia akibat inflasi yang meningkat sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Akibatnya diberbagai negara berkembang dan negara Eropa yang  masih mengalami beban krisis finansial terjadi berbagai demonstrasi yang diikuti dengan kerusuhan. Bahkan di beberapa negara Timur Tengah seperti Tunisia krisis pangan ini telah menggulingkan Pemerintah yang berkuasa.

Walaupun krisis pangan masih bersifat lokal, namun gambaran bencana alam di pusat-pusat produksi pangan seperti Australia, mulai menghantui pasar bahwa dalam beberapa bulan mendatang ditahun 2011, krisis pangan akan semakin berat.

Bagi Indonesia ketakutan akan krisis pangan juga mulai ditakuti, seperti tercermin dari naiknya berbagai bahan pokok seperti beras dan yang cukup fenomenal adalah kenaikan harga cabe, yang merupakan salah satu bumbu masak yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir dipenghujung tahun 2010 harga cabe telah meningkat dua kali lipat dan diperkirakan akan terus bertahan selama kwartal pertama tahun 2011.

Namun demikian secara umum tetap muncul optimisme ekonomi dunia dan Indonesia akan lebih baik pada tahun 2011. Pada tahun 2010 secara keseluruhan perekonomian global menunjukkan pertumbuhan yang posistif. Pertumbuhan ekonomi dunia masih dimotori oleh Cina dan negara emerging market terutama di Asia yang terus menggeliat. Satu-persatu negara maju pada tahun 2010 juga mulai keluar dari resesi ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai positif seperti Amerika Serikat dan beberapa negara besar di Eropah.

Amerika Serikat sebagai pusat krisis ekonomi tahun 2008,  pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sekitar 2,7 persen, setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,6 persen pada tahun 2009. Begitu juga dengan Jepang, yang pada tahun 2009 mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,2 persen, pada tahun 2010 mencatat pertumbuhan sebesar 3,1 persen,

Ekonomi Indonesia pada tahun 2010 juga mengalami pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan semakin bergairahnya kegiatan perdagangan internasional untuk berbagai komoditi termasuk produk manufaktur yang sempat lesu ketika krisis fianansial global tengah berlangsung. Pada tahun 2010 ekspor kembali meningkat dan mencapai rekor baru yaitu nilainya mencapai US dollar 157,7 milyar atau meningkat 35,4% dibanding tahun 2009. Pulihnya pasar ekspor setelah didera kelesuan akibat krisis finansial global tahun 2009 memberikan dorongan positif kepada perkembangan ekonomi nasional termasuk bergairahnya kembali sektor riil, termasuk sektor manufaktur yang sebelumnya mengalami kelesuan.

Pertumbuhan yang pesat dialami oleh industri otomotif baik kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Tahun 2010 penjualan mobil mencapai  764 ribu unit  dan sepeda motor juga telah melampaui 7,5  juta unit. Demikian juga untuk pasar elektronik, walaupun impor mulai membanjiri pasar lokal, namun industri elektonik nasional masih mampu meningkatkan penjualannya.

Dengan membaiknya ekonomi dunia, selama tahun 2011 ekonomi  Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula. Namun tahun 2010 bukan tanpa tantangan bagi ekonomi Indonesia. Gejolak dunia akibat kelangkaan pangan dan naiknya harga komoditi telah menyebabkan ketidak stabilan politik dan ekonomi dunia yang menyebabkan lingkaran setan yang menyebabkan semakin tingginya inflasi karena naiknya harga bahan pangan dan energi.

Namun Indonesia masih diuntungkan oleh menguatnya Rupiah, karena arus modal asing yang menyerbu negara emerging market di Asia setelah negara maju terutama Eropa menurun ekonominya. Walaupun pada tahun 2010 inflasi cukup tinggi namun dengan menguatnya Rupiah maka pertumbuhan ekonomi tetap terjaga karena harga barang impor relatif tetap dalam Rupiah.

Faktor lain yang menghadang pertumbuhan ekonomi adalah  masalah keterbatasan infrastruktur yang belum bisa terpecahkan seperti kondisi jalan raya, transportai laut dan pasokan listrik, hal ini diperkirakan bisa menghambat laju investasi yang diharapkan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ditahun 2011.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan juga tidak merata, misalnya sektor manufaktur pertumbuhannya masih belum merata karena  masih banyak sektor industri manufaktur yang relatif lambat untuk bangkit kembali karena kondisi pabrik yang memerlukan restrukturisasi setelah sekian lama tidak ada investasi untuk meremajakan fasilitas produksi yang sudah tua.

Namun di luar itu, hampir semua pihak sepakat bahwa ekonomi Indonesia pada posisi yang menguntungkan untuk bisa tumbuh lebih pesat pada tahun 2011. Walaupun menghadapi ancaman inflasi karena kenaikan harga pangan, namun Indonesia juga  diuntungkan oleh naiknya harga komoditi primer yang menjadi prima dona ekspor Indonesia seperti CPO, Karet, Cocoa, batubara dll.

Pemerintah dan Bank Indonesia menunjukkan optimisme dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2011. BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yaitu berkisar 6,0%-6,5%, sementara Pemerintah mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4%. Bukan hanya Pemerintah, berbagai lembaga keuangan dunia juga menunjukkan ramalan yang lebih positif tehadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. World Bank dalam laporannya mengenai ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2010, meramalkan pada tahun 2011 ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 6,2 %, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang telah meningkat kembali semejak tahun 2010, yang ditandai dengan meningkanya kembali ekspor Indonesia.

Sementara OECD meramalkan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar  6,3%.  Prediksi dari IMF mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelumnya cenderung lebih kecil dibandingkan prediksi lembaga lain, namun untuk tahun 2011 dan 2012 IMF memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 6.2% sama seperti WB namun untuk tahun 2012 IMF memprediksi ekonomi Indonesia lebih tinggi dibanding lembaga lain yaitu sekitar 6,5%.

Overview Perekonomian Indonesia Tahun 2010

Ditengah ekonomi dunia yang melesu akibat dilanda krisis finansial, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4.5% hanya berada dibawah Cina dan India, padahal negara Asia lainnya banyak yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun tersebut. Pada tahun 2010, Ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat, sampai akhir tahun 2010 pertumbuhan ekonomi telah meningkat sebesar 6,1%.

Besarnya pasar domestik ditambah kehati-hatian yang diterapkan oleh Pemerintah dan  perbankan Indonesia dalam mengelola sistim keuangan berhasil menyelamatkan Indonesia dari krisis kedua kalinya yang terjadi dalam 10 tahun terakhir.

Dengan meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat pada tahun 2010 inflasi kembali meningkat, namun dalam tingkat yang masih terkendali. Diperkirakan sampai akhir tahun 2010 bisa mencapai lebih dari 6.9%, lebih tinggi dari tahun 2009 yang hanya sebesar 2.78%. Rendahnya tingkat inflasi pada tahun 2009 lebih banyak dipengaruhi oleh rendahnya permintaan karena kelesuan ekponomi dunia yang berimbas ke dalam negeri. Dengan bergairahnya kembali perekonomian maka permintaan di pasar domestik juga kembali meningkat sehingga mendorong naiknya inflasi.

Pada tahun 2009 ketika krisis finansial dunia masih berkecamuk, ekspor Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar yaitu hampir 15% dari US$ 138 milyar menjadi US$ 116 milyar. Namun semenjak  akhir tahun 2009 pasar ekspor mulai membaik dan memasuki tahun 2010 ekspor Indoneisa telah kembali tumbuh sehingga sampai Juni 2010 ekspor telah mencapai US$ 72,52 milyar atau jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 meningkat 44,8 %. Sampai akhir tahun nilai ekspor mencetak rekor baru dengan menembus US$ 150  Milyar.

Peningkatran ekspor ini dibarengi dengan peningkatan impor bahkan pertumbuhan impor  relatif lebih tinggi dari ekspor. Sampai  semester I 2010 impor telah mencapai US$ 62,89 milyar atau meningkat 52 % dibanding tahun 2009.

Kenaikan impor selain mengindikasikan meningkatnya kembali sektor industri manufaktur karena sebagian besar impor adalah bahan baku untuk industri, akan tetapi impor yang tinggi juga terjadi karena konsumsi masyarakat yang meningkat sejalan denganpeningkatan daya beli masyarakat. Sementara itu dari faktor eksternal impor meningkat karena  mulai berlakunya pasar bebas antara Indonesia dan China yang menyebabkan banyaknya impor dari Cina yang relatif harganya lebih murah.

Kepercayaan dunia terhadap ekonomi Indonesia juga ditunjukkan oleh derasnya modal asing masuk ke Indonesia. Salah satu indikator adalah naiknya indeks bursa saham indonesia yang cukup tinggi dan menjadi salah satu bursa saham yang paling menarik di dunia selama tahun 2010. IHSG  selama tahun 2010 telah meningkat dari 2,534  tahun 2009 menjadi 3501 sampai awal bulan oktober 2010.

Sementara itu nilai tukar Rupiah cukup stabil selama tahun 2010. Ketika  terjadi gejolak akibat krisis finansial, Rupiah sempat anjlok menjadi Rp12000 per US$. Namun dengan membaiknya ekonomi Indonesia ditengah ekonomi dunia yang masih lesu, Rupiah kembali menguat dan bertahan pada level dibawah Rp 9000 per US$, tingkat yang dianggap aman baik bagi konsumen Indonesia maupun bagi eksportir.

Besarnya arus modal asing juga ditunjukkan oleh meningkatnya cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan bisa mencapai US$ 100 milyar pada akhir tahun 2010 karena sampai bulan November 2010 cadangan devisa telah mencapai US$ 92,8 milyar. Pada tahun 2009 cadangan devisa Indonesia baru mencapai US$ 66,1 milyar.

Berbagai lembaga pemeringkat hutang dunia juga meningkatkan peringkat Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2011 Indonesia akan memperoleh investment grade, karena beberapa lembaga pemeringkat hutang dunia saat ini seperti  Fitch yang memberi peringkat utang kuar negeri Indonesia menjadi BB+, satu tingkat dibawah investment grade kepada Indonesia,  demikian juga Standard & Poor yang telah menaikan peringkat utang Indonesia dari BB- menjadi BB. Diperkirakan pada tahun 2011 Indonesia akan segera meningkatkan peringkatnya sehingga mencapai investment grade.


Pertumbuhan Sektor Angkutan dan komunikasi masih tetap terbesar

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009 (y-on-y), PDB Indonesia tahun 2010 tumbuh sebesar 6,1  persen, dimana hampir semua sektor tumbuh positif dan yang tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,5 persen, sedangkan pertanian pertumbuhannya terkecil dibanding sektor lain yaitu 2,5 persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang terkena dampak dari krisis finansial global tahun 2009, kini sudah bangkit lagi. Pertumbuhan sektor ini pada tahun 2009 hanya 1,1 persen, kemudian tumbuh pesat pada tahun 2010 menjadi 8,7 persen.

Dengan tumbuhnya hampri semua sektor  ekonomi dibanding tahun 2009, maka dapat  disimpulkan pada tahun 2010 lalu Indonesia sudah keluar dari pengaruh finansial global sepenuhnya.

Ekspor tahun 2010 telah pulih kembali

Setelah mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2009 akibat krisis finansial global, ekspor Indonesia pada tahun 2010 telah pulih kembali bahkan mampu menciptakan rekor baru.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2010 mencapai US$157,7 miliar atau naik lebih dari 35 persen dibanding tahun 2010, sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 129,7 miliar atau naik 33,0 persen.

Jepang masih tetap menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia. Ekspor nonmigas ke Jepang Desember 2010 mencapai angka terbesar yaitu US$1,72 miliar, disusul Cina US$1,70 miliar dan Amerika Serikat US$1,30 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,92 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,93 miliar.

Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-Desember 2010 naik sebesar 33,47 persen dibanding periode yang sama tahun 2009, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 14,90 persen serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 35,34 persen.

Selain ekspor, maka impor selama tahun 2010 juga mengalami peningkatan, Nilai impor Indonesia selama tahun 2010 mencapai US$135,6 miliar atau naik 40 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 yang mencapai US$ 96,8 miliar.

Impor nonmigas selama Januari-Desember 2010 mencapai US$108,24 miliar atau naik 39,04 persen dibanding impor nonmigas periode yang sama tahun 2009 (US$77,85 miliar). Sedangkan impor migas selama Januari-Desember 2010 mencapai US$27,36 miliar atau naik 44,16 persen dibanding impor migas periode yang sama tahun sebelumnya (US$18,98 miliar).

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2010 masih ditempati oleh Cina dengan nilai US$19,69 miliar dengan pangsa 18,19 persen, diikuti Jepang US$16,91 miliar (15,62 persen) dan Singapura US$10,05 miliar (9,29 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai 22,03 persen, sementara dari Uni Eropa sebesar 9,02 persen.


Tantangan ekonomi tahun 2011

Pemulihan ekonomi dunia yang mulai berlangusng diberbagai negara baik negara maju maupun berkembang, telah membawa optimisme terhadap perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 yang bisa tumbuh lebih pesat. Namun demikian untuk bisa merealisasikan harapan tersebut masih banyak tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2011 yang apabila tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang diharapkan.

Outlook  ekonomi dunia 2011

Menjelang akhir tahun 2010, pandangan dunia terbelah mengenai prospek ekonomi tahun 2011. Hampir semua pihak sebelumnya sepakat bahwa ekonomi dunia pada tahun 2011 akan lebih baik dari kondisi tahun 2010 karena terjadinya pemulihan ekonomi dinegara maju. Namun mendekati akhir tahun 2010 berbagai gejolak timbul di dunia sehingga pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tidak akan sebaik seperti diperkirakan semula.

Dalam proyeksi terbarunya, Bank Dunia memperkirakan perekonomian global akan tumbuh 3,3 persen pada tahun 2011, setelah tumbuhn 3,9 persen di 2010. Bank Dunia memperkirakan perekonomian negara-negara berkembang akan tumbuh 6%, turun dari angka 7% yang dicapai pada 2010.

Namun angka pertumbuhan yang dicapai negara-negara berkembang itu lebih baik ketimbang proyeksi pertumbuhan dari negara-negara maju yang diprediksi hanya 2,4% di 2011, melemah dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 3,9%.

Bank Dunia mengekspresikan kekhawatiran khususnya terhadap kenaikan harga komoditas, termasuk pangan dan bahan-bakar yang dipicu oleh kendornya kebijakan moneter di negara-negara maju dan kuatnya permintaan di negara-negara berkembang.

Sementara itu dalam laporan revisi World Economic Outlook, Dana Moneter Internasional mengatakan perekonomian global mungkin akan tumbuh 4,4 persen tahun ini, atau lebih tinggi dari proyeksi Oktober 2010 lalu. Untuk 2012, IMF memprediksi pertumbuhan sebesar 4,5 persen.

Pemotongan pajak AS akhir tahun 2010 kemungkinan meningkatkan pertumbuhan di Amerika Serikat setengah persen tahun 2011, dan selain itu, paket stimulus Jepang juga akan membantu untuk mempertahankan pemulihan global moderat, IMF mengatakan, secara umum, tanda-tanda semakin meningkat bahwa konsumsi swasta - yang jatuh tajam selama krisis - mulai mendapatkan pijakan di negara maju.

Ekonomi di negara maju ini telah terhambat sejak terjadinya krisis keuangan global yang meletus pada tahun 2007. IMF juga merevisi perkiraan pertumbuhan 2011 untuk negara maju menjadi 2,5 persen dari perkiraan Oktober sebesar 2,2 persen.

Prospek Ekonomi Indonesia 2011

Diluar faktor yang menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka secara umum Indonesia berada pada posisi yang baik untuk bisa tumbuh lebih cepat dan menjadi salah satu perekonomian yang sehat.

Beberapa faktor yang menunjang tumbuhnya ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diataranya:

"        Pengelolaan sistim keuangan negara yang cukup hati-hati dengan mempertahankan difisit pembayaran yang relatif rendah dan managemen ekonomi makro yang aman.

"        Sistim perbankan yang sehat dan menguntungkan. Semenjak Indonesia keluar dari krisis moneter 10 tahun yang lalu, BI menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap sistim perbankan Indonesia dan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) yang tinggi sehingga ketika krisis finansial global terjadi dua tahun yang lalu sistim perbankan Indonesia relatif aman dan mampu menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini merupakan modal yang baik bagi perekonomian Indonesia untuk bisa tumbuh lebih pesat ketika ekonomi dunia sudah pulih.

"        Sumber daya alam yang masih cukup besar, sehingga ketika harga komoditas primer di dunia meningkat Indonesia bisa mengambil manfaat yang besar.

"        Pasar domestik yang besar dan daya beli masyarakat yang terus tumbuh merupakan peluang yang besar untuk bisa berkembang tanpa terpengaruh secara ekstrim terhadap gejolak ekonomi dunia.

"        GDP per kapita yang memasuki US$ 3000 per kapita tahun 2010 merupakan modal yang besar untuk menggerakan ekonomi nasional. Karena berdasarkan pengalaman di negara lain, pada saat GDP perkapita melewati US$ 3000, ekonomi akan tumbuh makin pesat didorong oleh permintaan domestik yang makin besar.

Dengan mulai pulihnya ekonomi dunia semenjak akhir 2009, maka Indonesia yang telah mampu bertahan selama krisis finansial global, diperkirakan  bisa  manfaat .
Menurut World Bank,  Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan, yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Bank Dunia, ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan ekspor Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri.

Untuk periode setelah 2012, khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim dari bank Dunia meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7 persen namun diperlukan upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan produktivitas.

Sementara itu Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat dan dapat mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Sementara, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2012 diperkirakan mencapai kisaran 6,1%-6,6%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, investasi yang membaik, serta masih solidnya kinerja ekspor seiring dengan masih kuatnya pertumbuhan di negara mitra dagang, terutama di kawasan Asia.

Di sisi harga, Dewan Gubernur BI memperkirakan inflasi di 2011 dapat diarahkan pada kisaran sasarannya, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. Meskipun demikian, Dewan Gubernur BI tetap mewaspadai beberapa faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi tersebut maupun prospek makroekonomi ke depan, seperti kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat dari penawaran, kenaikan harga komoditas internasional, maupun kemungkinan gangguan produksi serta distribusi bahan kebutuhan pokok.

Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan menekankan penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menghadapi risiko inflasi tersebut, serta masih derasnya arus modal masuk dan tingginya ekses likuditas domestik. Beberapa langkah yang sedang dipersiapkan Bank Indonesia untuk mitigasi dampak negatif dari arus masuk modal asing dan sekaligus memperkuat ketahanan sistem perbankan antara lain terkait dengan pengaturan GWM valas dan vostro account (rekening giro Rupiah yang dimiliki oleh non-residen di bank domestik). Koordinasi kebijakan bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah yang selama ini berjalan erat akan terus diperkuat.

Senada dengan BI, Pemerintah pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indoneisa akan lebih pesat pada tahun 2011. Awalnya pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan 6,3 persen. Tapi, setelah mempertimbangkan perekonomian global yang berpotensi membaik, pertumbuhan ekonomi direvisi menjadi 6,4 persen. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding target dalam APBN 2010 sebesar 5,8 persen.

Walaupun semua pihak optimis namun umumnya berbagai kalangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia peningkatannya hanya moderat saja yaitu sekitar 6-6,5%. Padahal dengan berbagai faktor perndukung pertumbuhan ekonomi yang dimiliki Indonesia, seharusnya pada tahun 2011 Indonesia mampu tumbuh lebih pesat lagi diatas 6,5%.

Menurut pandangan Data Consult, dengan pulihnya pasar ekspor dan masih tingginya harga komoditi primer, maka ekspor Indonesia akan terus meningkat melanjutkan peningkatan selama tahun 2010. Dengan mengacu pada tren selama tahun 2010, diperkirakan ekspor bisa meningkat diatas 30% pada tahun 2011. Demikian juga impor akan meningkat lebih pesat karena sebagian bahan baku untuk barang ekspor berasal dari impor. Demikian juga investor asing akan makin banyak lagi masuk ke Indonesia mengingat Indonesia memiliki peluang ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya.

Sementara itu daya beli masyarakat diperkirakan akan makin kuat. Dengan GDP per kapita  yang telah melampaui US$ 3000, maka pertumbuhan permintaan pasar domestik Indonesia akan makin kuat. Industri manufaktur yang selama ini berkembang lambat akan menemukan mementumnya kembali dengan makin meningkatnya pasar dalam negeri seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya pasar otomotif, elektronik dan barang kebutuhan masyarakat lainnya.

Dengan suku bunga yang relati masih rendah dan nilai tukar Rupiah yang stabil dan kuat maka pasar domestik masih bisa tumbuh lebih baik sehingga PDB dari sektor domestik bisa meningkat lebih tinggi dibanding tahun 2010. Dengan demikian pada tahun 2011 ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh antara 6,5%-7%. Apalagi kalau berbagai hambatan seperti masalah infrastruktur, suku bunga yang tinggi, daya saing yang rendah dari sektor manufaktur bisa diatasi, maka sektor ini akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan PDB tahun 2011.

Selasa, 31 Januari 2012

Tekanan Permintaan Pangan

SUARA AGRIBISNIS :Hati-hati, Tekanan Permintaan Pangan
“Pada akhir 2009 lalu, telah kelihatan tanda-tanda perubahan konteks pertanian dan agribisnis secara nasional dan global. Perubahan konteks ini sudah barang tentu membutuhkan perubahan pendekatan, strategi, dan program untuk pembangunan sistem dan usaha agribisnis ke depan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000–2004, saat diwawancarai AGRINA.

Perubahan konteks yang bagaimana dimaksud?
Sejak krisis moneter lalu sampai pertengahan 2007, pertanian  termasuk di dalamnya keseluruhan agribisnis kita dalam konteks excess supply (tekanan suplai). Saat itu laju pertumbuhan produksi pertanian lebih besar daripada pertumbuhan permintaan hasil-hasil pertanian. Akibatnya, harga produk pertanian mengalami stagnasi sangat lama. Pertanian menjadi bidang yang kurang menguntungkan dan menarik buat para petani khususnya di bidang pangan.
Dalam konteks seperti itu, strategi pembangunan pertanian dan sistem agribisnis lebih ditekankan untuk menanggulangi masalah yang timbul karena adanya tekanan suplai tadi. Strategi yang diambil adalah memberi insentif kepada produsen, yakni petani, agar tetap mau berproduksi dan meningkatkan pendapatannya. Contoh-contoh insentif itu seperti subsidi, pengurangan pajak, dan bujet untuk pembangunan infrastruktur dan kelembagaan di bidang pertanian. Di samping itu, para petani juga dilindungi dari persaingan yang tidak adil di perdagangan internasional.

Apa dampaknya excess demand bagi agribisnis kita?
Excess demand (tekanan permintaan) dalam pengertian laju pertumbuhan permintaan hasil-hasil pertanian lebih besar daripada pertumbuhan produksi pertanian secara nasional dan global. Akibatnya, harga produk pertanian menjadi meningkat secara luar biasa. Berbeda dengan konteks ekses suplai, dalam excess demand ini pertanian menjadi lebih diuntungkan, pembangunan pertanian menjadi jauh lebih mudah dibandingkan  saat ekses suplai. Dengan harga yang tinggi, para petani dengan atau tanpa insentif akan berusaha lebih giat untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan excess demand merupakan kesempatan baru bagi sistem dan usaha agribuisnis di on-farm dan off-farm. Kendati pun demikian, on-farm agribisnis masih butuh uluran tangan pemerintah karena harga produk pertanian yang meningkat diikuti juga peningkatan biaya produksi sehingga adakalanya marjin buat petani akhirnya tidak berubah.
Namun sebaliknya para konsumen akan sangat menderita khususnya konsumen miskin termasuk di dalamnya petani miskin. Mereka harus melakukan penyesuaian yang sangat sulit terhadap kenaikan harga. Jika tidak pintar-pintar menghadapi masalah excess demand ini dapat mengakibatkan masalah kemiskinan semakin parah, ditambah masalah baru, yakni kelaparan.
Masyarakat dan pemerintah harus waspada mengenai masalah ini. Pemerintah jangan terpesona dengan peningkatan Produk Domesik Bruto (PDB) pertanian. Peningkatan itu sebagian besar disebabkan peningkatan harga sebagai akibat excess demand tadi, namun ketersediaan produk pertanian masih menjadi masalah. Dan itu kelihatan dari harga pangan yang masih terus meningkat, khususnya saat terjadi gangguan alam.

Apa penyebab utamanya?
Penyebab dari peningkatan pertumbuhan permintaan ini ada 3 hal, yaitu pertama, pertumbuhan bahan baaakar nabati (BBN) yang menggunakan produk pertanian dalam jumlah yang jauh lebih besar; kedua pertumbuhan ekonomi yang spektakuler di China dan India yang mengakibatkan pertumbuhan konsumsi hasil pertanian yang lebih besar; dan ketiga pertambahan penduduk dunia termasuk penduduk Indonesia yang membutuhkan bahan makanan lebih banyak. Dan excess demand itu diperparah lagi karena biaya distribusi yang meningkat sangat tinggi sebagai akibat naiknya harga minyak bumi.

Apa yang perlu dilakukan menghadapi hal tersebut?
Pertama, mencegah excess demand dengan meningkatkan produksi lebih hebat lagi. Tidak hanya nilai produk pertanian yang meningkat tapi produksi fisiknya juga harus meningkat. Kedua, perlu diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan membuat obsesi terhadap beras bisa dikurangi sehingga memberi fleksibilitas bagi para konsumen.  Untuk itu peningkatan prosesing di off-farm menjadi sangat penting.
Ketiga, perbaikan infrastruktur untuk distribusi agar daerah-daerah terpencil tidak mengalami lonjakan harga yang bisa menimbulkan kelaparan lokal dan regional. Dan keempat, koordinasi antarinstansi di pusat dan antara pusat dengan daerah yang mengurus masalah pangan ini menjadi lebih penting. Dalam hal ini peranan Menko Perekonomian dan Menko Kesejahteraan Rakyat sangat penting karena urusan tersebut tidak bisa lagi diatasi Departemen Pertanian sendirian. Departemen Pertanian harus bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Perum Bulog, Departemen Kesehatan, dan Departemen Sosial.
Sewaktu terjadi ekses suplai pendekatan sektoral pertanian yang dominan bisa dimengerti. Namun sesudah adanya excess demand maka pendekatan yang sebanding antara produksi dan konsumsi, yakni sistem pangan menjadi sama pentingnya. Oleh karena itu pendekatan sistem dan usaha agribisnis pangan menjadi semakin relevan.

maacam-macam alat pertanian untuk tanaman padi sawah

maacam-macam alat pertanian untuk tanaman padi sawah

Bajak singkal : alat pengolah tanah pertama yang berfungsi untuk
membalikkan tanah
Bajak rotari : alat pengolah tanah disawah yang berfungsi untuk
menghancurkan tanah
Gelebeg : alat untuk meratakan tanah setelah pengolahan tanah ke pertama
Transmisi : alat penyalur tanaga pada alat dan mesin pertanian
Three hitch point : mekanisme penyambungan peralatan pada traktor roda
empat
Poros PTO : poros penggerak pada traktor untuk mengoperasikan peralatan
yang memerlukan gaya putar
Tangki : tempat menekan larutan pestisida dengan udara
Nosel : alat pengabut larutan pestisida pada alat penyemprot
Penyemprot tipe gendong : alat penyemprot yang digendong oleh
operatornya
Hand sprayer : alat penyemprot yang didayai oleh tenaga tangan manusia
Duster : alat penyembur pestisida bentuk tepung
Laras pipa : bagian dari alat penyemprot yang menyalurkan cairan pestisida
dari tangki menuju nosel
Torak pompa : alat yang berfungsi sebagai piston pada pompa tekan dari
alat penyemprot
Manometer : alat pengukur tekanan udara di dalam alat penyemprot. Alat ini
juga terdapat pada mesin pengering
Tali gendongan : tali penggendong pada alat penyemprot
Duckting : saluran udara panas pada mesin pengering
Kipas peniup: alat peniup atau pengisap udara pada mesin pengering
Tungku pemanas : alat pemanas udara pengering pada mesin pengering
Plenum : lantai pada bak mesin pengering dimana bahan yang dikeringkan
ditumpuk