Akhir tahun 2010, arah ekonomi
dunia mendua. Pada satu sisi muncul optimisme pemulihan ekonomi yang
mulai terjadi seperti terlihat dari pertumbuhan ekonomi diberbagai
negara maju yang sebelumnya negatif, kini terus menunjukkan pertumbuhan
yang positif sehingga perdagangan dunia diharapkan akan pulih kembali
dan demikian juga kondisi keuangan negara-negara maju yang sebelumnya
terkena dampak krisis fianansial akan mulai sehat.
Namun pada sisi lain timbul
kekhawatiran pada penghujung tahun 2010, yaitu terjadinya kembali krisis
ekonomi dunia karena permintaan yang meningkat akibat membaiknya
ekonomi dunia yang pada gilirannya akan menyebabkan naiknya kembali
harga berbagai komoditas primer yang bisa menimbulkan kegoncangan
kembali terhadap perekonomian dunia. Kekhawatiran yang besar terutama
terjadi karena adanya ancaman kekurangan produksi pangan dunia akibat
gangguan cuaca ekstrim yang menimpa hampir semua kawasan di dunia
sehingga mengacaukan produksi berbagai hasil pertanian yang dapat
menyebabkan melonjaknya harga.
Kondisi kenaikan harga pangan
dan kelangkaan pasokannya menyebabkan berbagai krisis sosial terjadi
didunia akibat inflasi yang meningkat sehingga menurunkan daya beli
masyarakat. Akibatnya diberbagai negara berkembang dan negara Eropa
yang masih mengalami beban krisis finansial terjadi berbagai
demonstrasi yang diikuti dengan kerusuhan. Bahkan di beberapa negara
Timur Tengah seperti Tunisia krisis pangan ini telah menggulingkan
Pemerintah yang berkuasa.
Walaupun krisis pangan masih
bersifat lokal, namun gambaran bencana alam di pusat-pusat produksi
pangan seperti Australia, mulai menghantui pasar bahwa dalam beberapa
bulan mendatang ditahun 2011, krisis pangan akan semakin berat.
Bagi Indonesia ketakutan akan
krisis pangan juga mulai ditakuti, seperti tercermin dari naiknya
berbagai bahan pokok seperti beras dan yang cukup fenomenal adalah
kenaikan harga cabe, yang merupakan salah satu bumbu masak yang paling
banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir
dipenghujung tahun 2010 harga cabe telah meningkat dua kali lipat dan
diperkirakan akan terus bertahan selama kwartal pertama tahun 2011.
Namun demikian secara umum
tetap muncul optimisme ekonomi dunia dan Indonesia akan lebih baik pada
tahun 2011. Pada tahun 2010 secara keseluruhan perekonomian global
menunjukkan pertumbuhan yang posistif. Pertumbuhan ekonomi dunia masih
dimotori oleh Cina dan negara emerging market terutama di Asia yang
terus menggeliat. Satu-persatu negara maju pada tahun 2010 juga mulai
keluar dari resesi ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai positif
seperti Amerika Serikat dan beberapa negara besar di Eropah.
Amerika Serikat sebagai pusat
krisis ekonomi tahun 2008, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan
sekitar 2,7 persen, setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,6
persen pada tahun 2009. Begitu juga dengan Jepang, yang pada tahun 2009
mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,2 persen, pada tahun 2010 mencatat
pertumbuhan sebesar 3,1 persen,
Ekonomi Indonesia pada tahun
2010 juga mengalami pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan
semakin bergairahnya kegiatan perdagangan internasional untuk berbagai
komoditi termasuk produk manufaktur yang sempat lesu ketika krisis
fianansial global tengah berlangsung. Pada tahun 2010 ekspor kembali
meningkat dan mencapai rekor baru yaitu nilainya mencapai US dollar
157,7 milyar atau meningkat 35,4% dibanding tahun 2009. Pulihnya pasar
ekspor setelah didera kelesuan akibat krisis finansial global tahun 2009
memberikan dorongan positif kepada perkembangan ekonomi nasional
termasuk bergairahnya kembali sektor riil, termasuk sektor manufaktur
yang sebelumnya mengalami kelesuan.
Pertumbuhan yang pesat dialami
oleh industri otomotif baik kendaraan roda empat maupun sepeda motor.
Tahun 2010 penjualan mobil mencapai 764 ribu unit dan sepeda motor
juga telah melampaui 7,5 juta unit. Demikian juga untuk pasar
elektronik, walaupun impor mulai membanjiri pasar lokal, namun industri
elektonik nasional masih mampu meningkatkan penjualannya.
Dengan membaiknya ekonomi
dunia, selama tahun 2011 ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi
dari perkiraan semula. Namun tahun 2010 bukan tanpa tantangan bagi
ekonomi Indonesia. Gejolak dunia akibat kelangkaan pangan dan naiknya
harga komoditi telah menyebabkan ketidak stabilan politik dan ekonomi
dunia yang menyebabkan lingkaran setan yang menyebabkan semakin
tingginya inflasi karena naiknya harga bahan pangan dan energi.
Namun Indonesia masih
diuntungkan oleh menguatnya Rupiah, karena arus modal asing yang
menyerbu negara emerging market di Asia setelah negara maju terutama
Eropa menurun ekonominya. Walaupun pada tahun 2010 inflasi cukup tinggi
namun dengan menguatnya Rupiah maka pertumbuhan ekonomi tetap terjaga
karena harga barang impor relatif tetap dalam Rupiah.
Faktor lain yang menghadang
pertumbuhan ekonomi adalah masalah keterbatasan infrastruktur yang
belum bisa terpecahkan seperti kondisi jalan raya, transportai laut dan
pasokan listrik, hal ini diperkirakan bisa menghambat laju investasi
yang diharapkan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ditahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
kemungkinan juga tidak merata, misalnya sektor manufaktur pertumbuhannya
masih belum merata karena masih banyak sektor industri manufaktur yang
relatif lambat untuk bangkit kembali karena kondisi pabrik yang
memerlukan restrukturisasi setelah sekian lama tidak ada investasi untuk
meremajakan fasilitas produksi yang sudah tua.
Namun di luar itu, hampir semua
pihak sepakat bahwa ekonomi Indonesia pada posisi yang menguntungkan
untuk bisa tumbuh lebih pesat pada tahun 2011. Walaupun menghadapi
ancaman inflasi karena kenaikan harga pangan, namun Indonesia juga
diuntungkan oleh naiknya harga komoditi primer yang menjadi prima dona
ekspor Indonesia seperti CPO, Karet, Cocoa, batubara dll.
Pemerintah dan Bank Indonesia
menunjukkan optimisme dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi pada tahun 2011. BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2011
yaitu berkisar 6,0%-6,5%, sementara Pemerintah mentargetkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,4%. Bukan hanya Pemerintah, berbagai lembaga keuangan
dunia juga menunjukkan ramalan yang lebih positif tehadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. World Bank dalam laporannya mengenai ekonomi
Indonesia pada akhir tahun 2010, meramalkan pada tahun 2011 ekonomi
Indonesia akan tumbuh sebesar 6,2 %, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
yang telah meningkat kembali semejak tahun 2010, yang ditandai dengan
meningkanya kembali ekspor Indonesia.
Sementara OECD meramalkan
ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 6,3%. Prediksi dari IMF mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebelumnya cenderung lebih kecil dibandingkan prediksi lembaga lain,
namun untuk tahun 2011 dan 2012 IMF memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh
6.2% sama seperti WB namun untuk tahun 2012 IMF memprediksi ekonomi
Indonesia lebih tinggi dibanding lembaga lain yaitu sekitar 6,5%.
Overview Perekonomian Indonesia Tahun 2010
Ditengah ekonomi dunia yang
melesu akibat dilanda krisis finansial, Indonesia merupakan salah satu
negara yang masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Pada tahun
2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4.5% hanya berada dibawah
Cina dan India, padahal negara Asia lainnya banyak yang mengalami
pertumbuhan negatif pada tahun tersebut. Pada tahun 2010, Ekonomi
Indonesia tumbuh lebih pesat, sampai akhir tahun 2010 pertumbuhan
ekonomi telah meningkat sebesar 6,1%.
Besarnya pasar domestik
ditambah kehati-hatian yang diterapkan oleh Pemerintah dan perbankan
Indonesia dalam mengelola sistim keuangan berhasil menyelamatkan
Indonesia dari krisis kedua kalinya yang terjadi dalam 10 tahun
terakhir.
Dengan meningkatnya permintaan
dan daya beli masyarakat pada tahun 2010 inflasi kembali meningkat,
namun dalam tingkat yang masih terkendali. Diperkirakan sampai akhir
tahun 2010 bisa mencapai lebih dari 6.9%, lebih tinggi dari tahun 2009
yang hanya sebesar 2.78%. Rendahnya tingkat inflasi pada tahun 2009
lebih banyak dipengaruhi oleh rendahnya permintaan karena kelesuan
ekponomi dunia yang berimbas ke dalam negeri. Dengan bergairahnya
kembali perekonomian maka permintaan di pasar domestik juga kembali
meningkat sehingga mendorong naiknya inflasi.
Pada tahun 2009 ketika krisis
finansial dunia masih berkecamuk, ekspor Indonesia mengalami penurunan
yang cukup besar yaitu hampir 15% dari US$ 138 milyar menjadi US$ 116
milyar. Namun semenjak akhir tahun 2009 pasar ekspor mulai membaik dan
memasuki tahun 2010 ekspor Indoneisa telah kembali tumbuh sehingga
sampai Juni 2010 ekspor telah mencapai US$ 72,52 milyar atau jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 meningkat 44,8 %.
Sampai akhir tahun nilai ekspor mencetak rekor baru dengan menembus US$
150 Milyar.
Peningkatran ekspor ini
dibarengi dengan peningkatan impor bahkan pertumbuhan impor relatif
lebih tinggi dari ekspor. Sampai semester I 2010 impor telah mencapai
US$ 62,89 milyar atau meningkat 52 % dibanding tahun 2009.
Kenaikan impor selain
mengindikasikan meningkatnya kembali sektor industri manufaktur karena
sebagian besar impor adalah bahan baku untuk industri, akan tetapi impor
yang tinggi juga terjadi karena konsumsi masyarakat yang meningkat
sejalan denganpeningkatan daya beli masyarakat. Sementara itu dari
faktor eksternal impor meningkat karena mulai berlakunya pasar bebas
antara Indonesia dan China yang menyebabkan banyaknya impor dari Cina
yang relatif harganya lebih murah.
Kepercayaan dunia terhadap
ekonomi Indonesia juga ditunjukkan oleh derasnya modal asing masuk ke
Indonesia. Salah satu indikator adalah naiknya indeks bursa saham
indonesia yang cukup tinggi dan menjadi salah satu bursa saham yang
paling menarik di dunia selama tahun 2010. IHSG selama tahun 2010 telah
meningkat dari 2,534 tahun 2009 menjadi 3501 sampai awal bulan oktober
2010.
Sementara itu nilai tukar
Rupiah cukup stabil selama tahun 2010. Ketika terjadi gejolak akibat
krisis finansial, Rupiah sempat anjlok menjadi Rp12000 per US$. Namun
dengan membaiknya ekonomi Indonesia ditengah ekonomi dunia yang masih
lesu, Rupiah kembali menguat dan bertahan pada level dibawah Rp 9000 per
US$, tingkat yang dianggap aman baik bagi konsumen Indonesia maupun
bagi eksportir.
Besarnya arus modal asing juga
ditunjukkan oleh meningkatnya cadangan devisa Indonesia yang
diperkirakan bisa mencapai US$ 100 milyar pada akhir tahun 2010 karena
sampai bulan November 2010 cadangan devisa telah mencapai US$ 92,8
milyar. Pada tahun 2009 cadangan devisa Indonesia baru mencapai US$ 66,1
milyar.
Berbagai lembaga pemeringkat
hutang dunia juga meningkatkan peringkat Indonesia. Diperkirakan pada
tahun 2011 Indonesia akan memperoleh investment grade, karena beberapa
lembaga pemeringkat hutang dunia saat ini seperti Fitch yang memberi
peringkat utang kuar negeri Indonesia menjadi BB+, satu tingkat dibawah
investment grade kepada Indonesia, demikian juga Standard & Poor
yang telah menaikan peringkat utang Indonesia dari BB- menjadi BB.
Diperkirakan pada tahun 2011 Indonesia akan segera meningkatkan
peringkatnya sehingga mencapai investment grade.
Pertumbuhan Sektor Angkutan dan komunikasi masih tetap terbesar
Bila dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun 2009 (y-on-y), PDB Indonesia tahun 2010 tumbuh
sebesar 6,1 persen, dimana hampir semua sektor tumbuh positif dan yang
tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,5 persen, sedangkan
pertanian pertumbuhannya terkecil dibanding sektor lain yaitu 2,5
persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang terkena dampak dari
krisis finansial global tahun 2009, kini sudah bangkit lagi. Pertumbuhan
sektor ini pada tahun 2009 hanya 1,1 persen, kemudian tumbuh pesat pada
tahun 2010 menjadi 8,7 persen.
Dengan tumbuhnya hampri semua
sektor ekonomi dibanding tahun 2009, maka dapat disimpulkan pada tahun
2010 lalu Indonesia sudah keluar dari pengaruh finansial global
sepenuhnya.
Ekspor tahun 2010 telah pulih kembali
Setelah mengalami penurunan
yang cukup besar pada tahun 2009 akibat krisis finansial global, ekspor
Indonesia pada tahun 2010 telah pulih kembali bahkan mampu menciptakan
rekor baru.
Secara kumulatif nilai ekspor
Indonesia Januari-Desember 2010 mencapai US$157,7 miliar atau naik lebih
dari 35 persen dibanding tahun 2010, sementara ekspor nonmigas mencapai
US$ 129,7 miliar atau naik 33,0 persen.
Jepang masih tetap menjadi
negara tujuan ekspor utama Indonesia. Ekspor nonmigas ke Jepang Desember
2010 mencapai angka terbesar yaitu US$1,72 miliar, disusul Cina US$1,70
miliar dan Amerika Serikat US$1,30 miliar, dengan kontribusi ketiganya
mencapai 34,92 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar
US$1,93 miliar.
Menurut sektor, ekspor hasil
industri periode Januari-Desember 2010 naik sebesar 33,47 persen
dibanding periode yang sama tahun 2009, demikian juga ekspor hasil
pertanian naik 14,90 persen serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik
35,34 persen.
Selain ekspor, maka impor
selama tahun 2010 juga mengalami peningkatan, Nilai impor Indonesia
selama tahun 2010 mencapai US$135,6 miliar atau naik 40 persen dibanding
periode yang sama tahun 2009 yang mencapai US$ 96,8 miliar.
Impor nonmigas selama
Januari-Desember 2010 mencapai US$108,24 miliar atau naik 39,04 persen
dibanding impor nonmigas periode yang sama tahun 2009 (US$77,85 miliar).
Sedangkan impor migas selama Januari-Desember 2010 mencapai US$27,36
miliar atau naik 44,16 persen dibanding impor migas periode yang sama
tahun sebelumnya (US$18,98 miliar).
Negara pemasok barang impor
nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2010 masih ditempati oleh Cina
dengan nilai US$19,69 miliar dengan pangsa 18,19 persen, diikuti Jepang
US$16,91 miliar (15,62 persen) dan Singapura US$10,05 miliar (9,29
persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai 22,03 persen, sementara dari
Uni Eropa sebesar 9,02 persen.
Tantangan ekonomi tahun 2011
Pemulihan ekonomi dunia yang
mulai berlangusng diberbagai negara baik negara maju maupun berkembang,
telah membawa optimisme terhadap perkembangan ekonomi Indonesia pada
tahun 2011 yang bisa tumbuh lebih pesat. Namun demikian untuk bisa
merealisasikan harapan tersebut masih banyak tantangan yang akan
dihadapi pada tahun 2011 yang apabila tidak ditangani dengan benar akan
menyebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang
diharapkan.
Outlook ekonomi dunia 2011
Menjelang akhir tahun 2010,
pandangan dunia terbelah mengenai prospek ekonomi tahun 2011. Hampir
semua pihak sebelumnya sepakat bahwa ekonomi dunia pada tahun 2011 akan
lebih baik dari kondisi tahun 2010 karena terjadinya pemulihan ekonomi
dinegara maju. Namun mendekati akhir tahun 2010 berbagai gejolak timbul
di dunia sehingga pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tidak akan
sebaik seperti diperkirakan semula.
Dalam proyeksi terbarunya, Bank
Dunia memperkirakan perekonomian global akan tumbuh 3,3 persen pada
tahun 2011, setelah tumbuhn 3,9 persen di 2010. Bank Dunia memperkirakan
perekonomian negara-negara berkembang akan tumbuh 6%, turun dari angka
7% yang dicapai pada 2010.
Namun angka pertumbuhan yang
dicapai negara-negara berkembang itu lebih baik ketimbang proyeksi
pertumbuhan dari negara-negara maju yang diprediksi hanya 2,4% di 2011,
melemah dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 3,9%.
Bank Dunia mengekspresikan
kekhawatiran khususnya terhadap kenaikan harga komoditas, termasuk
pangan dan bahan-bakar yang dipicu oleh kendornya kebijakan moneter di
negara-negara maju dan kuatnya permintaan di negara-negara berkembang.
Sementara itu dalam laporan
revisi World Economic Outlook, Dana Moneter Internasional mengatakan
perekonomian global mungkin akan tumbuh 4,4 persen tahun ini, atau lebih
tinggi dari proyeksi Oktober 2010 lalu. Untuk 2012, IMF memprediksi
pertumbuhan sebesar 4,5 persen.
Pemotongan pajak AS akhir tahun
2010 kemungkinan meningkatkan pertumbuhan di Amerika Serikat setengah
persen tahun 2011, dan selain itu, paket stimulus Jepang juga akan
membantu untuk mempertahankan pemulihan global moderat, IMF mengatakan,
secara umum, tanda-tanda semakin meningkat bahwa konsumsi swasta - yang
jatuh tajam selama krisis - mulai mendapatkan pijakan di negara maju.
Ekonomi di negara maju ini
telah terhambat sejak terjadinya krisis keuangan global yang meletus
pada tahun 2007. IMF juga merevisi perkiraan pertumbuhan 2011 untuk
negara maju menjadi 2,5 persen dari perkiraan Oktober sebesar 2,2
persen.
Prospek Ekonomi Indonesia 2011
Diluar faktor yang menjadi
tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka secara umum Indonesia
berada pada posisi yang baik untuk bisa tumbuh lebih cepat dan menjadi
salah satu perekonomian yang sehat.
Beberapa faktor yang menunjang tumbuhnya ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diataranya:
" Pengelolaan
sistim keuangan negara yang cukup hati-hati dengan mempertahankan
difisit pembayaran yang relatif rendah dan managemen ekonomi makro yang
aman.
" Sistim
perbankan yang sehat dan menguntungkan. Semenjak Indonesia keluar dari
krisis moneter 10 tahun yang lalu, BI menerapkan kontrol yang lebih
ketat terhadap sistim perbankan Indonesia dan menerapkan prinsip
kehati-hatian (prudent) yang tinggi sehingga ketika krisis finansial
global terjadi dua tahun yang lalu sistim perbankan Indonesia relatif
aman dan mampu menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini merupakan modal
yang baik bagi perekonomian Indonesia untuk bisa tumbuh lebih pesat
ketika ekonomi dunia sudah pulih.
" Sumber
daya alam yang masih cukup besar, sehingga ketika harga komoditas
primer di dunia meningkat Indonesia bisa mengambil manfaat yang besar.
" Pasar
domestik yang besar dan daya beli masyarakat yang terus tumbuh
merupakan peluang yang besar untuk bisa berkembang tanpa terpengaruh
secara ekstrim terhadap gejolak ekonomi dunia.
" GDP
per kapita yang memasuki US$ 3000 per kapita tahun 2010 merupakan modal
yang besar untuk menggerakan ekonomi nasional. Karena berdasarkan
pengalaman di negara lain, pada saat GDP perkapita melewati US$ 3000,
ekonomi akan tumbuh makin pesat didorong oleh permintaan domestik yang
makin besar.
Dengan mulai pulihnya ekonomi
dunia semenjak akhir 2009, maka Indonesia yang telah mampu bertahan
selama krisis finansial global, diperkirakan bisa manfaat .
Menurut World Bank, Indonesia
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan,
yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011
dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Bank Dunia,
ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang
sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan
ekspor Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh
semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh
semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang
pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga
komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan
inflasi dalam negeri.
Untuk periode setelah 2012,
khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim dari bank Dunia meramalkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7 persen namun diperlukan
upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan
produktivitas.
Sementara itu Bank Indonesia
memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 diperkirakan akan
meningkat dan dapat mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Sementara, pertumbuhan
ekonomi untuk tahun 2012 diperkirakan mencapai kisaran 6,1%-6,6%.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap
kuat, investasi yang membaik, serta masih solidnya kinerja ekspor
seiring dengan masih kuatnya pertumbuhan di negara mitra dagang,
terutama di kawasan Asia.
Di sisi harga, Dewan Gubernur
BI memperkirakan inflasi di 2011 dapat diarahkan pada kisaran
sasarannya, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
Meskipun demikian, Dewan Gubernur BI tetap mewaspadai beberapa faktor
risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi tersebut maupun prospek
makroekonomi ke depan, seperti kecenderungan peningkatan permintaan yang
lebih cepat dari penawaran, kenaikan harga komoditas internasional,
maupun kemungkinan gangguan produksi serta distribusi bahan kebutuhan
pokok.
Sehubungan dengan itu, Bank
Indonesia akan menekankan penerapan bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial untuk menghadapi risiko inflasi tersebut, serta masih
derasnya arus modal masuk dan tingginya ekses likuditas domestik.
Beberapa langkah yang sedang dipersiapkan Bank Indonesia untuk mitigasi
dampak negatif dari arus masuk modal asing dan sekaligus memperkuat
ketahanan sistem perbankan antara lain terkait dengan pengaturan GWM
valas dan vostro account (rekening giro Rupiah yang dimiliki oleh
non-residen di bank domestik). Koordinasi kebijakan bersama Pemerintah
baik di tingkat pusat maupun daerah yang selama ini berjalan erat akan
terus diperkuat.
Senada dengan BI, Pemerintah
pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indoneisa akan lebih pesat pada
tahun 2011. Awalnya pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi
tahun depan 6,3 persen. Tapi, setelah mempertimbangkan perekonomian
global yang berpotensi membaik, pertumbuhan ekonomi direvisi menjadi 6,4
persen. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding target dalam APBN 2010
sebesar 5,8 persen.
Walaupun semua pihak optimis
namun umumnya berbagai kalangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia peningkatannya hanya moderat saja yaitu sekitar 6-6,5%.
Padahal dengan berbagai faktor perndukung pertumbuhan ekonomi yang
dimiliki Indonesia, seharusnya pada tahun 2011 Indonesia mampu tumbuh
lebih pesat lagi diatas 6,5%.
Menurut pandangan Data Consult,
dengan pulihnya pasar ekspor dan masih tingginya harga komoditi primer,
maka ekspor Indonesia akan terus meningkat melanjutkan peningkatan
selama tahun 2010. Dengan mengacu pada tren selama tahun 2010,
diperkirakan ekspor bisa meningkat diatas 30% pada tahun 2011. Demikian
juga impor akan meningkat lebih pesat karena sebagian bahan baku untuk
barang ekspor berasal dari impor. Demikian juga investor asing akan
makin banyak lagi masuk ke Indonesia mengingat Indonesia memiliki
peluang ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya.
Sementara itu daya beli
masyarakat diperkirakan akan makin kuat. Dengan GDP per kapita yang
telah melampaui US$ 3000, maka pertumbuhan permintaan pasar domestik
Indonesia akan makin kuat. Industri manufaktur yang selama ini
berkembang lambat akan menemukan mementumnya kembali dengan makin
meningkatnya pasar dalam negeri seperti yang ditunjukkan oleh
meningkatnya pasar otomotif, elektronik dan barang kebutuhan masyarakat
lainnya.
Dengan suku bunga yang relati
masih rendah dan nilai tukar Rupiah yang stabil dan kuat maka pasar
domestik masih bisa tumbuh lebih baik sehingga PDB dari sektor domestik
bisa meningkat lebih tinggi dibanding tahun 2010. Dengan demikian pada
tahun 2011 ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh antara 6,5%-7%. Apalagi
kalau berbagai hambatan seperti masalah infrastruktur, suku bunga yang
tinggi, daya saing yang rendah dari sektor manufaktur bisa diatasi, maka
sektor ini akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap
pertumbuhan PDB tahun 2011.